Review Buku Xar & Vichattan: Prahara by Bonmedo Tambunan

Masih dengan buku Xar & Vichattan nih. Setelah kemarin sudah selesai baca buku satu nya, kali ini aku lanjut ke buku dua nya. Pada buku dua ini ceritanya lebih berfokus kepada Kuil Cahaya yang sudah berdiri kembali seperti yang diceritakan pada buku pertama.


Identitas Buku:

Judul: Xar & Vichattan: Prahara (Buku Dua)
Penulis: Bonmedo Tambunan
Penerbit: Adhika Pustaka
Jumlah Halaman: 425 halaman
ISBN: 978-979-19991-0-6

Blurb Buku:

Tiba-tiba di tempat asing itu sebuah suara bisikan terdengar, suara wanita tua yang asing di telinga Kara. “Kara,” suara itu memanggil namanya. Itu bukan suara Antessa dan bukan pula Petra, suara ini terdengar jauh lebih tua. “Si … siapa?” jawab Kara dalam hati. “Ini aku, Kara, Lisbet.” Kara tidak yakin ia mendengar dengan benar suara itu. Ia berfikir bahwa itu hanya sebuah halusinasi. Namun, ternyata suara itu tidak hanya didengar oleh Kara seorang diri. Antessa pun dapat merasakannya. “Di manakah kami, Lisbet?” ucap Kara. “Kalian berada di atas lempeng besar. Sebuah lempeng yang berbeda dari lempeng yang lain,” ujar Lisbet. Seketika Kara dan Antessa dibuat bingung dengan perkataan Lisbet mengenai lempeng tersebut.

Pasukan Kuil Kegelapan terus bergerak maju. Xar,Vichattan, dan Kuil Cahaya kebingungan menghadapi pasukan Kegelapan yang kian bertambah kuat. Munculnya peri kegelapan yang
meluluhlantahkan para peri pendukung cahaya dan terpecah belahnya keempat ahli waris cahaya semakin memperburuk keadaan. Belum lagi dengan semakin melemahnya kekuatan elemental dan juga kekuatan Xar karena ulah Khalash serta panglima-panglimanya.

Keadaan begitu buruk sehingga para pendukung cahaya harus menggantungkan hidup mereka pada seorang wanita gila dan buku-buku kuno yang dilindungi oleh ilmu sihir mematikan. Titik terang pun muncul, tetapi tak berlangsung lama. Karena tak seorangpun mengira rencana kegelapan yang sebenarnya.

Review Buku:

Masih dengan buku Xar & Vichattan nih. Setelah kemarin sudah selesai baca buku satu nya, kali ini aku lanjut ke buku dua nya. Pada buku dua ini ceritanya lebih berfokus kepada Kuil Cahaya yang sudah berdiri kembali seperti yang diceritakan pada buku pertama. Pada Buku Dua ini pembaca jadi tau sejarah hubungan antara Xar, Vichattan, dan Kegelapan, dan Cahaya.
Namun, Konflik yang terdapat pada cerita sangat cepat sekali selesainya. Buku Dua ini menurutku dikhususkan untuk mengenal sejarah dari masing-masing elemen dan berfokus untuk memecahkan masalah bagaimana cara Kara dan Antessa agar bisa selamat. Padahal sebenarnya adegan action nya itu masih bisa diperpanjang lagi, biar Pasukan Kegelapan ini tampak kalau mereka sangat kuat. Kalau adegan action nya singkat doang, jadinya Pasukan kegelapan ini sangat lemah.

Walaupun begitu saya masih tetap menikmati ceritanya kok dan sangat terkejut dengan ending nya. Endingnya gak dapat ketebak dan bikin ternganga membacanya.